Selasa, 03 November 2009

mandau,supit,pasak bumi & gelas pasak bumi

dalam estalase ini akan anda menjumpai barang -barang yang kami tawarkan,kami menjual dengan harga harga yang bersaing dan barang yang berkualitas silahkan anda lihat-lihat siapa tahu anda tertarik

madau kode S-01
Mandau adalah senjata khas suku dayak di Kalimantan terdiri 3 ukuran yaitu: 35cm X 10 cm harga Rp 60.000,00
65 cm X 10 cm harga Rp 110.000,00
Sumpit kode S-02
Sumpit digunakan untuk berburu maupun berperang ukurannya adalah
1meter ini yang untuk hiasan harganya Rp 150.000.00
sedangkan sumpit senjata asli panjangnya 2 meter harganya Rp400.000.00


Pasak bumi K=01Pasak bumi adalah tanaman yang tumbuh hanya di bumi Kalimantan ,tanaman ini sangat banyak kashiatnya. Seperti benambah stamia dan melindumgi kerusakan hati (baca posting sebelumnya).cara mengunakannya adalah potong akar pasak bumi 4cm 2 atau 3 buah kemudian tuang air .rebus sampai mendidih setelah dingin diminum.
Ukuran 60cm harga Rp40.000,00 sedangkan 1meter Rp 70.00,00

Gelas pasak bumi K-02Gelas ini manfaat sama dengan pasak bumi karena terbuat dari bahan yang sama Cuma pengunaannya lebih praktis yaitu tinggal dituang air panas tunggu 5 menit lalu diminun airnya.ukuran 10cm X 15cm berat 5ons.
Harga Rp 40.000.00


Ketentuan dan cara memesan

-harga sewaktu-waktu bisa berubah
-harga belum termasuk ongkos kirim pengiriman lewat tiki
-hubungi kami lewat e mail yaitu

Jumat, 01 Mei 2009

sumpit

sumpit
Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut 'sipet' merupakan senjata tradisional yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus,
dengan ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, kuat dan
artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran relief atau
ornamen dengan motif khas Dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2
macam. Jenis pertama terbuat dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter) untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah. Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah banyak, disimpan di dalam
tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan 'bisa atau racun' dari binatang liar,
sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran akan langsung
mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih besar,
misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di
atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran, tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui
dari mana sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropah, orang
Belanda itu mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang
belum dimengerti olehnya. Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai.
Merekapun melontarkan peluru sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada
sebatang pohon di depan salah seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi
langsung berkerumun meneliti benda apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang mengandung racun.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering bermain perang-perangan menggunakan 'sumpit-sumpitan' yang terbuat dari ruas bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh lawan. Sakiiit, tapi asyik.
Dari;http://kalanawan.blogspot.com/

mandau

Pengantar
Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan, dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara.Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.Struktur Mandau1. Bilah MandauBilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas, perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin. Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.2. Gagang (Hulu Mandau)Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga, paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.3. Sarung Mandau.Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.Nilai BudayaPembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna. (ali gufron)

Sabtu, 25 April 2009

Manfaat pasak bumi



Sejak beberapa tahun silam pasak bumi dikenal sebagai afrodisiak. Bahkan menurut Ir Nurliani Bermawie, Ph.D, peneliti di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatik ( Balittro ), Cimanggu, Bogor, sejak zaman dulu masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan menggunakan pasak bumi sebagai obat kuat. Menurut Nurliani, khasiat pasak bumi yang paling dipercaya adalah pasak bumi dari pedalaman Kalimantan Barat khasiat itu telah dibuktikan oleh Prof Madya Dr Johari Mohd. Saad, Ph.D yang melakukan penelitian pada beberapa tikus jantan dan betina. Menurut penelitian tersebut, tikus jantan yang diberi ektrak pasak bumi menunjukan perilaku lebih agresif terhadap tikus betina. Hal itu diperkuat penelitian Dr H. H Ang dari School of Pharmaceutical Sciences, University Science Malaysia.
Ekstrak ethanolic yang terkandung dalam pasak bumi dapat menambah jumlah hormon testosteron pria. Ethanolic merangsang bekerjanya chorionic gonadotropin (hCG) yang bisa membantu terbentuknya testosteron.
Akar pasak bumi selain sebagai afrodisiak juga manjur untuk malaria. Penyakit yang menghancurkan sel-sel darah merah ini disebabkan plasmodium yang hidup dalam nyamuk anopeles betina. Kandungan senyawa kuasinoid pada akar pasak bumi dapat melumpuhkan plasmodium falcifarum. Selain kuasinoid akar pasak bumi juga mengandung senyawa erikomanon yang ampuh mengobati malaria. Selain sebagai afrodisiak dan antimalaria, pasak bumi mencegah serangan kanker. Senyawa kuasinoid dan alkaloid yang terkandung dalam pasak bumi terbukti menghambat pertumbuhan sel kanker berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Razak Mohd Ali dari Forest Research Institute of Malaysia. Sebanyak 8 alkaloid ditemukan dalam akar pasak bumi, salah satunya 9-methoxycanthin 6 yang berfungsi sebagai antikanker payudara.
Penelitian yang dilakukan oleh Department pf Pharmacognocy, Tokyo College of Pharmacy & The Faculty of Medicine, Tokyo University, Jepang. Menemuka senyawa antileukimia dari pasak bumi. Selain afrodisiak, antikanker, antimalaria, dan antileukimia, pasak bumi juga bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan tubuh bagi para penderita HIV.
Uji ilmiah pasak bumi
Sebuah riset terbaru yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB)menunjukkan bahwa akar tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia)mempunyai khasiat melindungi organ hati dari kerusakan. Selama ini, masyarakatsecara turun-temurun mempercayai pasak bumi sebagai ramuanuntuk meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu, masyarakatjuga memanfaatkan pasak bumi sebagai tonikum bagi ibu-ibu yang baru melahirkan,pengobatan pembengkakan kelenjar, demam, dan juga disentri. Namun kiniakar pasak bumi dibuktikan khasiatnya oleh Ruqiah Ganda PutriPanjaitan, mahasiswa S3 Program Studi Biologi Sekolah PascasarjanaIPB dalam risetnya yang berjudul "Pengujian AktivitasHepatoprotektor Akar Pasak Bumi. Dalam riset ini, ramuan dariekstrak akar pasak bumi diuji efektivitasnya terhadap fungsi hatipada binatang tikus."Hasil penelitian ilmiah menunjukkan pasak bumi berkhasiat dalam disfungsiseks, antimalaria, dan sitotoksik (peracunan sel). Sedangkan penelitianpengaruh pasak bumi melindungi hati dari kerusakan belum banyakdilakukan," kata Ruqiah. Dalam penelitiannya, Ruqiahmenghabiskan 12,5 kilogram akar pasak bumi kering. Akar pasak bumi keringdihaluskan menjadi bubuk dan diekstraksi dengan larutan metanol 50persen. Kemudian, dipartisi berulang-ulang dengan n-heksan, dipekatkan dengan vacuumrotavapor. Hasil partisi ini masih melalui proses beberapa tahapanlagi, hingga diperoleh ekstrak yang diharapkan. Ekstrak tumbuhan asli Indonesiaini lalu diujicobakan pada tikus jantan Sprague Dawley umur 2-3 bulan.Sebelumya, semua tikus percobaan diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,1;1,0 dan 10,0 mililiter per kilogram.Karbon tetraklorida ini bersifat meracuni hati dan mengakibatkan nekrosis(kerusakan sel) tikus. Hewan percobaan dibagi tiga kelompok, tiap kelompokterdiri dari tiga ekor. Kelompok pertama, tikus yang diberi air suling.Kelompok kedua, tikus yang diberi "Silybum marianum". Kelompokketiga, tikus yang diberi ekstrak akar pasak bumi. Perlakuan tikus iniberlangsung selama tiga bulan. Pada pemberian ekstrak akar pasak bumi dosis 500miligram per kilogram berat badan tidak mengakibatkan perubahan kadar enzimhati, yakni enzim "Aspartate Transaminase", enzim "AlaninAminotransferaz", dan "Alkalenfosfataz", protein total,bilirubin total, direk dan indurek. Gambaran ini menunjukkan secara keseluruhansel-sel hati tidak mengalami perubahan. Dosis fraksi metanol air akar pasakbumi kemudian dinaikkan menjadi 1.000 mililiter per kilogram berat badan.Pada dosis ini, ekstrak akar pasak bumi menunjukkan aktivitas hepatoprotektor.Hal ini ditandai kadar enzim Aspartate Transaminase dan Alanin Aminotransferazmasih dalam kisaran normal. Selain itu, gambaran histopatologi (jaringanyang terpapar penyakit)-nya sebanding dengan pemberian silymarin.sumber situs : http://id.shvoong.com/

Kamis, 23 April 2009

Akar pasak bumi cegah kerusakan hati

Sebuah riset terbaru yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan bahwa akar tumbuhan pasak bumi (Eurycoma longifolia)
mempunyai khasiat melindungi organ hati dari kerusakan. Selama ini, masyarakat secara turun-temurun mempercayai pasak bumi sebagai ramuan untuk meningkatkan gairah seksual kaum pria. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan pasak bumi sebagai tonikum bagi ibu-ibu yang baru melahirkan, pengobatan pembengkakan kelenjar, demam, dan juga disentri. Namun kini akar pasak bumi dibuktikan khasiatnya oleh Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, mahasiswa S3 Program Studi Biologi Sekolah Pascasarjana IPB dalam risetnya yang berjudul "Pengujian Aktivitas Hepatoprotektor Akar Pasak Bumi. Dalam riset ini, ramuan dari ekstrak akar pasak bumi diuji efektivitasnya terhadap fungsi hati pada binatang tikus. "Hasil penelitian ilmiah menunjukkan pasak bumi berkhasiat dalam disfungsi seks, antimalaria, dan sitotoksik (peracunan sel). Sedangkan penelitian pengaruh pasak bumi melindungi hati dari kerusakan belum banyak dilakukan," kata Ruqiah. Dalam penelitiannya, Ruqiah menghabiskan 12,5 kilogram akar pasak bumi kering. Akar pasak bumi kering dihaluskan menjadi bubuk dan diekstraksi dengan larutan metanol 50 persen. Kemudian, dipartisi berulang-ulang dengan n-heksan, dipekatkan dengan vacuum rotavapor. Hasil partisi ini masih melalui proses beberapa tahapan lagi, hingga diperoleh ekstrak yang diharapkan. Ekstrak tumbuhan asli Indonesia ini lalu diujicobakan pada tikus jantan Sprague Dawley umur 2-3 bulan. Sebelumya, semua tikus percobaan diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,1; 1,0 dan 10,0 mililiter per kilogram. Karbon tetraklorida ini bersifat meracuni hati dan mengakibatkan nekrosis (kerusakan sel) tikus. Hewan percobaan dibagi tiga kelompok, tiap kelompok terdiri dari tiga ekor. Kelompok pertama, tikus yang diberi air suling. Kelompok kedua, tikus yang diberi "Silybum marianum". Kelompok ketiga, tikus yang diberi ekstrak akar pasak bumi. Perlakuan tikus ini berlangsung selama tiga bulan. Pada pemberian ekstrak akar pasak bumi dosis 500 miligram per kilogram berat badan tidak mengakibatkan perubahan kadar enzim hati, yakni enzim "Aspartate Transaminase", enzim "Alanin Aminotransferaz", dan "Alkalenfosfataz", protein total, bilirubin total, direk dan indurek. Gambaran ini menunjukkan secara keseluruhan sel-sel hati tidak mengalami perubahan. Dosis fraksi metanol air akar pasak bumi kemudian dinaikkan menjadi 1.000 mililiter per kilogram berat badan. Pada dosis ini, ekstrak akar pasak bumi menunjukkan aktivitas hepatoprotektor. Hal ini ditandai kadar enzim Aspartate Transaminase dan Alanin Aminotransferaz masih dalam kisaran normal. Selain itu, gambaran histopatologi (jaringan yang terpapar penyakit)-nya sebanding dengan pemberian silymarin.
Dari: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/1763899-akar-pasak-bumi-cegah-kerusakan/